Senin, 08 Juni 2015

seni budaya drama legenda dari banten "DRAMA MONOLOG BATU KUWUNG"


"DRAMA MONOLOG BATU KUWUNG"


Pemeran :

- Ahmad Zaqi ZM sbg. Saudagar Ahmad

- M. Faiz sbg. Sultan

- Alira Cahya sbg. Warga

- Putri Alisya AD sbg. Pengemis

- Guser Muhammad sbg. Pengawal


Saudagar Ahmad : “Saya... Saya seorang saudagar yang kaya raya, ya...Kalian tahu itu. Tapi, siapa saya sebenarnya? Siapa nama saya? Di mana dan kapan tempat saya dilahirkan? Itu bukan suatu hal yang perlu kalian ketahui. Kalian hanya perlu mengetahui bahwa saya adalah seorang saudagar yang amat sangat kaya raya. Dan saya adalah sahabat dekat dari seorang sultan di Banten, Sultan Haji.”

Sultan : “Saya merasa senang mempunyai beberapa orang yang dekat dengan saya. Salah satu orang yang dekat dengan saya ialah saudagar Ahmad. “Baiklah,saya berikan hak monopoli kepada kau,Ahmad.” Perkataan itu lah yang membuat saya kecewa. Saya pikir dia adalah orang yang berhati baik,tapi ternyata dibalik kebaikannya terhadap saya itu hanyalah kebohongan untuk mendapatkan perhatian dari saya. Ya, saya memang menyesal karena saya telah memberikan hak monopoli terhadapnya. Ahmad, Ahmad, Ahmad, semoga kamu mendapatkan balasan akibat perbuatanmu.”

Warga : “Saya benar-benar kecewa terhadap saudagar itu. Kami semua, para warga telah setuju untuk menjadikan dia sebagai seorang ketua di desa kami. Tapi apa yang sudah dilakukannya terhadap kami? Bukannya kami bertambah makmur, malah kami menjadi sengsara karena monopoli yang dilakukannya. Banyak warga yang berhutang kepada dia. Sungguh baik saudagar itu, memberikan pinjaman kepada kami. Tapi semua itu hanya lah sebagian kecil dari rencana jahatnya untuk membuat kami tambah sengsara. Pinjaman yang ia berikan kepada kami dipaksa dikembalikan dengan bunga yang berlipat-lipat ganda, kami warga desa tidak berdaya, akhirnya kami sekarang tidak memiliki apapun. Tanah pertanian yang kami miliki disita karena kami tidak bisa membaya hutang kami. Benar-benar biadab, selain ia mengecewakan kami para warga, dia juga mengecewakan tuan sultan haji yang sangat berjasa bagi desa kami. Semoga ia mendapatkan balasan yang setimpal!”

Pengemis : “Ada apa dengan semua orang didesa ini? Kenapa mereka bersedih? Apa yang terjadi? Ada apa dengan pemimpin di desa ini? Mengapa semua warga membicarakannya dengan nada kekesalan? Oh,yang benar saja. Apa benar pemimpin di desa ini memiliki perilaku seburuk itu? Kenapa ? Oh tidak,kenapa aku sungguh kepo?” Itu lah semua pertanyaan yang ada dibenakku saat aku mengunjungi suatu desa di daerah Banten. Pada saat itu aku berpikir akan melakukan sesuatu kepada pemimpin itu. Bukannya aku ingin ikut campur terhadap masalah orang lain,bukannya aku ingin menjadi seorang pahlawan,dari pada aku menjadi seorang yang apatis,lebih baik aku lakukan sesuatu agar keadaan desa tersebut menjadi lebih baik .”

Saudagar Ahmad : “Memang nikmat rasanya pada saat-saat seperti ini. Duduk santai di sore hari sambil menyeruput kopi dan menghisap rokok. Ah! Tiba-tiba saja seorang pengemis hadir dihadapan saya. Apa yang dia lakukan?! Seorang pengemis itu meminta-minta makanan kepada saya. Tidak ada yang gratis di dunia ini. “Dasar orang jalanan pemalas!”. Ku lontarkan kalimat itu kepadanya. kulontarkan kalimat itu kepadanya sebelum mengusir pengemis hina itu. Enak saja! Aku capek-capek mendapatkan uang,sedangkan ia hanya bisa meminta? Yang harusnya dimintai kan Tuhan! Mungkin tuhan akan menjatuhkan makanan dari langit untuknya!”

Pengemis : “Aku mendatangi pemimpin dari desa itu dengan menyamar sebagai pengemis berkaki pincang,kemudian ku katakan “Ampun Tuan! Sudilah kiranya Tuan memberi hamba makanan dan pakaian.Sudah dua hari hamba belum makan”. Tapi apa yang kudapatkan? Bukan nya belas kasihan yang kudapatkan,malah perlakuan kasar caci maki yang kudapatkan dari mulut kotornya. Aku terjatuh didorongnya hingga ku jatuh tersungkur mencium tanah. Niat ku untuk memberi pelajaran kepadanya semakin besar. Untuk apa pemimpin seperti itu dibiarkan? Spontan ku ucapkan kalimat yang mengutuk terhadapnya “Hey Tuan,terimalah balasan yang akan datang terhadapmu kelak!”

Pengawal : “Seorang pengawal pasti tidak akan jauh-jauh dari Tuan nya. Pengawal selalu menemani tuannya kemana pun Tuannya pergi.Apa lagi jika Tuannya dibenci oleh banyak orang,maka pengawal harus lebih ekstra menjaga tubuh sang Tuan. Sampai pada waktu sore itu aku menyaksikan kutukan yang dilontarkan oleh seorang pengemis malang kepada Tuan ku. Aku bertanya-tanya dalam pikiranku “Apa yang akan terjadi pada Tuan kelak?”.

Saudagar : “Aaahh ! kenapa dengan kaki ku? Kenapa tidak bisa ku gerak kan? Pengawal ! Pengawal ! Cepat kemari! ”

Pengawal : “pagi hari Tuan memanggilku berkali-kali. Segera ku menghadapnya. Tuan lumpuh !? Ya. Mungkin ini lah maksud dari kutukan si Pengemis malang itu. Kemudian Tuan memerintahkan ku untuk mencari tabib. Memang melelahkan,sangat melelahkan. Bekerja sebagai pengawal untuk seorang saudagar yang kikiller. Aku lelah mencari seorang tabib kesana kemari tanpa diberi ongkos. Kuda, tidak bisa diajak kompromi, pengen nya makan melulu. Motor gak ada bensinnya. Mobil pun tak punya, terpaksa jalan kaki. Memang malang nasibku. Tapi,Tuan lebih malang,karena semua tabib yang mecoba mengobatinya tak ada satupun yang berhasil menyembuhkan Tuan ”

Pengemis : “Aku tidak berniat untuk menjadi seperti orang kikir,kejam,dan sombong itu. Rasanya sudah cukup ku memberikan pelajaran kepada dia. Hari itu aku pergi menemuinya kembali. Dan ku katakan “ Wahai saudagar,kau akan sembuh apabila Kau mau menerima tiga syarat,yaitu pergi ke kaki Gunung Karang utnuk bertapa diatas sebuah batu cekung selama tujuh hari tujuh malam tanpa makan dan minum, berubah menjadi orang yang baik, dan bersedia menyerahkan sebagian kekayaan yang kau miliki kepada warga miskin “

Saudagar Ahmad : Setelah mendengar persyaratan-persyaratan yang disebutkan oleh pengemis itu,tentu aku terkejut. Tapi,aku tanamkan niat ku untuk merubah sikap burukku menjadi baik. Aku pergi ke kaki Gunung Karang bersama dengan pengawal setiaku. Setelah dua hari dua malam diperjalanan, akhirnya kumulai bertapa di atas batu cekung. Tujuh hari tujuh malam ku bertapa dengan melalui berbagai rintangan dan godaan,melawan rasa haus dan lapar,serta gangguan dari binatang buas. Akhirnya keajaiban pun terjadi dihadapanku. Ada air panas menyembur dari sela-sela batu cekung. Dalam waktu singkat tempat itu tergenang air. Ku basuh kaki ku dengan air itu kemudian kurasakan darah mengalir ke kaki ku “Oh Terima kasih Tuhan ! Engkau telah menyembuhkan kaki hamba”.

Warga : “Saudagar tersebut yang kami sebut sebagai pemimpin kami di desa telah kembali dari perjalanan misterius nya. Sontak kami para warga merasa terkejut karena sifat sang saudagar kini telah berubah. Yang tadi nya dia enggan menyapa warga miskin,sekarang bahkan dia banyak menyapa dan tersenyum,bahkan dia memberikan sebagian harta-harta nya kepada kami,warga miskin. Dan yang lebih membuat ku senang sekaligus terkejut adalah bahwa sang saudagar itu melamar anak gadis ku. Padahal sebelumnya Ia enggan menikah karena dia menurutnya menikah adalah suatu pemborosan. Kami, warga desa merasa senang mempunyai seorang pemimpin seperti dia. Terima kasih Tuhan,Engkau telah mengembalikan kedamaian dan kemakmuran di Desa kami.”

Sultan : “Mendengar kembali tentang sahabat lamaku yang kini telah menjadi seseorang yang dapat dipercaya dan disegani oleh banyak orang,Saya tentu merasa sangat bangga terhadapnya.Terimakasih Ya Allah,telah memberikan jalan yang benar tehadapnya”

Saudagar Ahmad : “Kini aku merasa lebih baik,bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Mengingat kejadian di kaki Gunung Karang itu, aku sebut tempat genangan air panas itu “Batu Kuwung” . Semua orang bisa berendam di air itu untuk menyembuhkan penyakit yang diderita, dengan hati yang suci,insyaAllah akan di beri kesembuhan.InsyaAllah.”

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar